
aku yang mengenalmu
tak tumbuh atas nama tanaman
yang takkan rindang seperti pepohonan
untuk hijaukan alam dan hutan-hutan
tapi engkau bagai sebuah kota mati
disaat kutawarkan kalimat untuk berkata
hanya senyum tersungging kudapati tanpa bahasa
itupun tak kutahu kau lakukan untuk siapa
ingin rasanya aku meminta
dapat kau lakukan melukis wajahmu pada gelora
demi aku bisa mengenalmu meskipun itu takkan nyata
sebab mimpipun takkan cukup membayar asa
tapi jujur bukan di bilik bibirmu
yang membuat hasratku pingsan di pangkuanmu
untuk sejenak kuakui cantikmu
bahwa engkau makhluk yang indah di mata tak berdayaku
engkaukah lentera yang terbit cahaya
di saat siang merebahkan malam pada impian
aku takkan lagi menjawabnya di sini tentang pertanyaan beribu misteri
sebelum bilik bibirmu bisa menyuarakan kalimat cinta yang tersimpan dalam hatimu