
masih ingatkah dirimu
di saat malam itu kau berjalan denganku
sesekali kamu bilang jalannya pelan-pelan saja
langkah demi langkah yang tak terhitung laksana mengantarkan kita
kehamparan tempat yang kita bisa menikmati duduk berdua
disanalah kita saling menumpahkan cerita dalam percakapan yang indah
kau sampaikan berita duka lara hidupmu untukku
tanpa aku bisa senyum menanggapi semua realita perjalananmu
dari mulutku keluar bahasa risau dan gelisah sesekali merasa tak rela
inginku bertanya kenapa engkau memilih cinta yang penuh suratan duka dan derita
tapi aku terasa tak tega melihat air matamu tumpah
terpaksa aku diam saja demi dirimu yang pernah bilang bahwa cinta itu milik kita