
di era yang serba kolaborasi
nafas zamanpun penuh energi kolori besi
tak heran banyak remaja tak berbudi
bahkan santri tak berbakti
konon ini sudah waktunya peradaban teknologi
yang melahirkan sulitnya menerka perbedaan
di antara hakikat nurani dan kepentingan birahi
telah tampak warna-warni dalam tafsir logika fikri
di saat figurisasi bagai pajangan mati tanpa arti
entah kenapa popularitas dalam seni dan profesi
harus dihancurkan karena kebodohan dan ketololan diri
mungkinkah ini penyakit baru di atas dada bumi
ketika banyak kyai doyan cantiknya santri
ketika banyak para guru tak hanya mengajar tapi mengincar
mungkin semua ini tak lazim dikatakan penjajahan
akan tetapi telah lebih kejam dari penindasan
mungkin inilah sebuah simbol pengetahuan yang tanpa diamalkan untuk dikembangkan
sehingga yang hadir bukan pembaharuan tapi hanya pembodohan
kepada siapa lagi dan kearah kiblat yang mana lagi keteladanan harus dicari
bila para ilmuwan telah ingkar pada kandungan isi kitab suci
dan yang lebih menghawatirkan lagi ketika para pejabat tak beriman pada hukum Ilahi
tak heran bila bumi berselimut darah
mungkin itulah tanda tanda lemahnya sakral etika dalam peradaban budaya