MY IKLAN

SELAMAT DATANG DI DUNIA INSPIRASI YANG PENUH RASA

JIKA HALAMAN INI MERUPAKAN SEBUAH PINTU, DARI MANA SAJA BOLEH MASUK DEMI MEMBANGUN SILATURRAHMI FIKRI, JIKA JENDELA HALAMAN INI BAGAI DANAU SIAPA SAJA BOLEH MANDI DAN BERENANG BAHKAN JIKA HAUS BOLEH MINUM JIKA BISA MENJADI SEBUAH HIKMAH, KARENA HALAMAN INI DI PELIHARA DEMI SEBUAH RUMAH SENI SASTRA YANG INGIN JADI RUMAH PENGETAHUAN. SEMOGA YANG MAMPIR SELALU MENDAPAT KEINDAHAN




Selasa, 14 Desember 2010

HARI ANTI KORUPSI

Demontrasi di hari anti korupsi
Penuh dengan konfrontasi anti kolusi
Mahasiswa menjadi dilegasi
Meski harus berjibaku melawan polisi
Agresi merambah ke pelosok negeri
Tak kuasa dihindari, dan terjadi disana-sini
inilah gambaran kebosanan memendam rasa benci
Dimana musuh masyarakat seakan polisi
Sebenarnya yang di inginkan dari negeri ini
Bersih dari mafia multy dimensi dan politisi
Mari kita intropeksi diri
Rakyat bukan buruh para petinggi
Mari kita benahi diri
Masyarakat kecil bukan budak pejabat negeri
Apalagi polisi yang seharusnya melindungi kami

Pernahkah engkau pikirkan analisa lagi
Beban pajak bumi menghantui rakyat pribumi
Prosentase hutang mencekik kebebasan petani
Bagai dasi yang terpasang di leher pejabat negeri
Digantung sepanjang hari dibalik panas mentari

Saya pikir tidak begini
Mengapa yang enak-enak engkau telan sendiri
Dan seharusnya juga tidak kayak gini
Mengapa kesejahteraan menjadi kepentingan pribadi
Sementara yang lebih aneh lagi
Mengapa yang memperoleh segalanya koruptor sejati
Inikah demokrasi yang hanya milik orang berdasi
Sehingga keadilanpun bisa dibeli menjadi simbol komersialisasi

Rakyat iri ada janji yang tak ditepati
Rakyat agresi banyak korupsi tak teradili
Sehingga rasa benci membanjiri emosi anak negeri
Bila engkau tak ingin dicaci
Kembalikan solidaritas kami untuk bisa saling mengasihi
Demikian catatan kecil simbol perlawanan di hari anti korupsi

Kamis, 02 Desember 2010

MARGINALISASI WACANA DALAM PERDAMAIAN DUNIA

Berjuta bahasa dalam abjad kata menjabarkan pengetahuan menjadi fakta
Menawarkan kesejahteraan, menawarkan persatuan, dan menjembatani setiap ‎persoalan
Senjata yang paling ampuh sebelum berbentuk amunisi dalam peluru adalah ‎diplomasi mengolah bahasa mencari kesepakatan dibalik jalur persengketaan
Ada wujud kekuatan bahasa yang lebih dari bentuk ukuran manusia dalam wacana ‎perdamaian dan kesejahteraan suatu bangsa
Bahasa telah mampu mempersaudarakan suatu bangsa dengan bangsa tetangga ‎bahkan negera yang terpisah oleh jauhnya benua
Hidup di dunia yang serba canggih saat ini kemampuan menguasai bahasa menjadi ‎benteng suatu negeri
Cara berbahasa merupakan bagian dari moralitas suatu bangsa yang tidak bisa ‎terpisah bahwa semuanya itu adalah esensi
Bahasa yang lahir dengan tujuan mencaci tak sedikit telah membawa pertikaian ‎bahkan terkadang menjadi jurang kematian dan peperangan
Salah tafsir dan pemahaman dalam suatu kata, semua keadaan akan terisolir oleh ‎suatu wacana kekuatan bahasa
Tanggung jawab terhadap kata dalam bahasa ternyata bukan hanya sekedar ‎moralitas dan etika
Konon keadilan senjata sebagai jalan penyelesaian, konon suara massa sebagai ‎jawaban, konon banyak korban tak jadi persoalan meski akhirnya tiada yang bisa ‎dibanggakan
Sejarah telah membuktikan salah dalam memahami dan menjalankan komunikasi ‎dan wacana medan peperangan sering terjadi ‎

Senin, 29 November 2010

MAFIA PENJAGAL KEADILAN

Mencuat berhamburan hadir kepermukaan alam jadi tontonan dan perbincangan
Sindiran, kecaman tak ketinggalan juga banyak yang berusaha mencari ‎perlindungan
Penyuapan, pemalsuan dan anehnya lagi perwira tak sadar terjerumus ke lembah ‎perbudakan
Hukumpun di tangan kejaksaan bagai ember bocor tumpahkan segala persoalan ‎yang tak kunjung bisa diselesaikan
Inilah bencana peradaban, simbol simbol penegakan moral dan keadilan menjadi ‎tempat para mafia unjuk kebolehan dan kegagahan
Apakah sebenarnya yang salah, apabila saat ini nominal milyaran itu telah ‎dipertuankan ‎

Sabtu, 13 November 2010

PENJAJAHAN DIBALIK KEMERDEKAAN

Jalan-jalan kita telah sempit diantara serakahnya penguasa dan marginalnya logika dibalik ‎ambisinya raksasa diantara manusia yang semakin menghilangkan citra bangsa. Derita dan ‎duka diatas bencana alam semesta seakan tak sampai di mata mereka, seluruh indra mereka ‎bagai berlapis baja seolah-olah robot menjelma manusia. Bagai tak pantas rasanya mendikti ‎semuanya, diantara yang ideal perut gendut bagai nuklir yang berisi racun materi saja. Hari ini ‎terjadi lagi atas nama penentangan keadilan di tanah negeri. Lucu rasanya menyaksikan ‎semuanya ini, lebih lucu dari Tommy and Jerry. Kucing makan tikus mungkin itu lumrah, tapi ‎tikus makan kucing ini penyimpangan yang tak ada rumusnya di dunia. Masih berapa lama ‎lagi bangsa ini terus rela diperkosa oleh kejantanan harta yang tak beretika....?‎
Diam hari ini mungkin bukan solusi yang terbaik, mencaci juga bukan penyelesaian yang ‎terindah. Tapi bangsa ini punya cara yang istimewa keadilan dan pengadilan itu adalah impian ‎seluruh jiwa penduduk bangsa. Ramai didialogkan, bizing diperbincangkan, argumen ‎berserakan bagai gelombang, tapi mengapa HUKUM keadilan masih bungkam. Inikah toleran ‎yang kita inginkan, kami pikir tidak demikian, karena alam semesta ini diciptakan berdasarkan ‎hukum keseimbangan. Kembalikan, cepat kembalikan jika bangsa ini tidak menganut hukum ‎kekuasaan dan hukum kekayaan. Apapun namanya yang demikian adalah penjajahan. Lagian ‎perlu kita biasakan bangsa ini tidak perlu menanggung rasa malu berkepanjangan. Naïf dong ‎ditonton bangsa lain, bangsa yang besar sementara rakyatnya hanya bisa bangga menyaksikan ‎nisan pahlawan. ‎

Selasa, 02 November 2010

BENCANA

‎Mungkin apa yang telah bisa kita saksikan pada setiap bencana yang ‎dipertunjukkan alam diatas dunia
Tak lain sebagai bahasa bumi dalam menegur umat manusia sebagai khalifah alam ‎ini
Satu pertanyaan buat kita semua mengapa bencana sedemikian subur di hadapan ‎kita
Mungkin saja jawabannya hal itu sebanding dengan banyaknya persoalan yang tak ‎mampu diselaikan oleh manusia yang telah dilantik sebagai khalifah di atas dunia
Allah telah menentukan dalam kitab sucinya bahwa yang telah tercipta di atas ‎semesta ini ada manfaatnya dan mempunyai kapasitas ukuran dalam porsinya
Maka mungkin menjadi sesuatu yang wajar apapun bisa terjadi ketika ‎keseimbangan di atas hukum alam sudah tak menjadi pertimbangan dalam hidup ‎yang berbudi
Suatu contoh manusia bisa mengatur api untuk mengambil manfaat dari kalorinya ‎tapi ketika api tak dijaga dengan semestinya rawan menjadi bencana dan manusia ‎sendiri yang jadi tumbalnya
Dan hal yang terparah di abad yang berjalan selama ini banyak manusia mampu ‎membangun komunitas sedemikian besar jumlahnya, tapi dibalik itu semua ‎maraknya marjinalisasi semakin tak terbendung melahirkan kriminalitas terjadi di ‎mana-mana
Konon cendikiawan bumi ini seakan telah menempati separuh bumi, tapi mengapa ‎pengetahuan menjadi senjata yang menakutkan dan hanya bisa saling ‎menghancurkan sesamanya
Inikah zaman dimana manusia telah menjadi robot esensi sebuah kepentingan, ‎sehingga alam semesta ini selalu menyapa dengan label sebuah bencana
MasyaAllah mungkin semuanya adalah peringatan Tuhan agar manusia mampu ‎kembali di jalan pertobatan yang bisa berjuang demi kesejahteraan alam
Jika memang manusia menganggap semuanya adalah ujian tentunya akan mampu ‎ringan tangan mengulurkan bantuan
Untuk mampu mewujudkan bahwa manusia pada hakikatnya ada dalam satu ‎ikatan persaudaraan dalam penghambaan kepada Tuhan ‎

Sabtu, 31 Juli 2010

HARUSKAH HIDUP TANPA NAMA


Bila sampai di hadapanmu
Mungkin kau takkan pernah kenal aku
Lalu akan kau penggil siapa diriku yang tak bernama bagimu
Bertahun tahun telah ku tuliskan surat untukmu
Agar kau mampu menempel namaku di halaman jendela waktu
Namun semua itu tak pernah membuatku bersahabat denganmu
Bahkan seakan kau tak pernah ingin mengenalku
Karena pintu jendela itu telah terpatri oleh nama besar masa lalu
Di balik itulah aku berani bermimpi mencoba bangkit dari rasa malu
Berusaha melawan pengasingan waktu
Untuk memahat nama diri pada dinding koran dan perut buku
Namun,!!!
Perjalanan itu ternyata tak seperti air yang melintasi setiap anak sungai
Mencoba bangkit dengan semangat,
Sementara kau tetap menjadi lubang kuburan masa laluku
Inikah suratan, ataukah ini suatu ujian seleksi alam
Pergi berkeringat, pulang dengan rasa lumpuh sisakan sedih terasa pilu
Itulah sejarah keringat yang teramat mahal, hingga akupun tak pernah tahu
Mengapa semua itu harus hadir mengiringi hamparan hidupku
Seakan menjadi belenggu memaksaku lari mencari nama diri yang bisu
Inilah penyakit emosiku selama ini
Menjadikan diri usang mencari makna kebimbangan
Sering aku intip namaku pada setiap bait percakapan Gibran menenun ilusi
Pada khayalan Muhammad Iqbal menyulam narasi dalam puisi
Pada dzikir Rumi yang menggambarkan sufi sebagai perwakilan hati
Tapi masya’Allah diriku bukan siapa siapa di antara mereka
Mungkin saja waktu masih menghendaki namaku terbang ke alam tak berpeta
Sebab aku juga tak suka bila hanya menjadi pewaris budaya saja


Bila pada saatnya nanti aku tak bisa berbuat apa apa
Maka sia sia seluruh hidupku yang sebenarnya tanpa nama di alam dunia