Kau ciptakan malam dan aku yang membuat pelita. Kau ciptakan tanah liat dan aku yang membuat piala. Kau ciptakan sahara, gunung-gunung, dan belantara. Aku juga membuat kebun anggur, taman-taman, dan padang tanaman. Akulah yang merubah batu menjadi cermin. Akulah yang telah merubah racun menjadi obat penawar.( Muhammad Iqbal)
MY IKLAN
SELAMAT DATANG DI DUNIA INSPIRASI YANG PENUH RASA
JIKA HALAMAN INI MERUPAKAN SEBUAH PINTU, DARI MANA SAJA BOLEH MASUK DEMI MEMBANGUN SILATURRAHMI FIKRI, JIKA JENDELA HALAMAN INI BAGAI DANAU SIAPA SAJA BOLEH MANDI DAN BERENANG BAHKAN JIKA HAUS BOLEH MINUM JIKA BISA MENJADI SEBUAH HIKMAH, KARENA HALAMAN INI DI PELIHARA DEMI SEBUAH RUMAH SENI SASTRA YANG INGIN JADI RUMAH PENGETAHUAN. SEMOGA YANG MAMPIR SELALU MENDAPAT KEINDAHAN
Sabtu, 31 Juli 2010
HARUSKAH HIDUP TANPA NAMA
Bila sampai di hadapanmu
Mungkin kau takkan pernah kenal aku
Lalu akan kau penggil siapa diriku yang tak bernama bagimu
Bertahun tahun telah ku tuliskan surat untukmu
Agar kau mampu menempel namaku di halaman jendela waktu
Namun semua itu tak pernah membuatku bersahabat denganmu
Bahkan seakan kau tak pernah ingin mengenalku
Karena pintu jendela itu telah terpatri oleh nama besar masa lalu
Di balik itulah aku berani bermimpi mencoba bangkit dari rasa malu
Berusaha melawan pengasingan waktu
Untuk memahat nama diri pada dinding koran dan perut buku
Namun,!!!
Perjalanan itu ternyata tak seperti air yang melintasi setiap anak sungai
Mencoba bangkit dengan semangat,
Sementara kau tetap menjadi lubang kuburan masa laluku
Inikah suratan, ataukah ini suatu ujian seleksi alam
Pergi berkeringat, pulang dengan rasa lumpuh sisakan sedih terasa pilu
Itulah sejarah keringat yang teramat mahal, hingga akupun tak pernah tahu
Mengapa semua itu harus hadir mengiringi hamparan hidupku
Seakan menjadi belenggu memaksaku lari mencari nama diri yang bisu
Inilah penyakit emosiku selama ini
Menjadikan diri usang mencari makna kebimbangan
Sering aku intip namaku pada setiap bait percakapan Gibran menenun ilusi
Pada khayalan Muhammad Iqbal menyulam narasi dalam puisi
Pada dzikir Rumi yang menggambarkan sufi sebagai perwakilan hati
Tapi masya’Allah diriku bukan siapa siapa di antara mereka
Mungkin saja waktu masih menghendaki namaku terbang ke alam tak berpeta
Sebab aku juga tak suka bila hanya menjadi pewaris budaya saja
Bila pada saatnya nanti aku tak bisa berbuat apa apa
Maka sia sia seluruh hidupku yang sebenarnya tanpa nama di alam dunia
Ketekunanmu menghamba terhadap apa yang bisa membuat dirimu bahagia belum tentu jadi kebahagiaan untuk yang lain, namun berbanggalah jika dirimu mampu merasakan kebahagian dengan kerja kerasmu dalam menetapi keberanian dan kebenaran, karena di jalan itu pasti ada keberkahan dengan hidayah Tuhan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar