MY IKLAN

SELAMAT DATANG DI DUNIA INSPIRASI YANG PENUH RASA

JIKA HALAMAN INI MERUPAKAN SEBUAH PINTU, DARI MANA SAJA BOLEH MASUK DEMI MEMBANGUN SILATURRAHMI FIKRI, JIKA JENDELA HALAMAN INI BAGAI DANAU SIAPA SAJA BOLEH MANDI DAN BERENANG BAHKAN JIKA HAUS BOLEH MINUM JIKA BISA MENJADI SEBUAH HIKMAH, KARENA HALAMAN INI DI PELIHARA DEMI SEBUAH RUMAH SENI SASTRA YANG INGIN JADI RUMAH PENGETAHUAN. SEMOGA YANG MAMPIR SELALU MENDAPAT KEINDAHAN




Sabtu, 31 Juli 2010

HARUSKAH HIDUP TANPA NAMA


Bila sampai di hadapanmu
Mungkin kau takkan pernah kenal aku
Lalu akan kau penggil siapa diriku yang tak bernama bagimu
Bertahun tahun telah ku tuliskan surat untukmu
Agar kau mampu menempel namaku di halaman jendela waktu
Namun semua itu tak pernah membuatku bersahabat denganmu
Bahkan seakan kau tak pernah ingin mengenalku
Karena pintu jendela itu telah terpatri oleh nama besar masa lalu
Di balik itulah aku berani bermimpi mencoba bangkit dari rasa malu
Berusaha melawan pengasingan waktu
Untuk memahat nama diri pada dinding koran dan perut buku
Namun,!!!
Perjalanan itu ternyata tak seperti air yang melintasi setiap anak sungai
Mencoba bangkit dengan semangat,
Sementara kau tetap menjadi lubang kuburan masa laluku
Inikah suratan, ataukah ini suatu ujian seleksi alam
Pergi berkeringat, pulang dengan rasa lumpuh sisakan sedih terasa pilu
Itulah sejarah keringat yang teramat mahal, hingga akupun tak pernah tahu
Mengapa semua itu harus hadir mengiringi hamparan hidupku
Seakan menjadi belenggu memaksaku lari mencari nama diri yang bisu
Inilah penyakit emosiku selama ini
Menjadikan diri usang mencari makna kebimbangan
Sering aku intip namaku pada setiap bait percakapan Gibran menenun ilusi
Pada khayalan Muhammad Iqbal menyulam narasi dalam puisi
Pada dzikir Rumi yang menggambarkan sufi sebagai perwakilan hati
Tapi masya’Allah diriku bukan siapa siapa di antara mereka
Mungkin saja waktu masih menghendaki namaku terbang ke alam tak berpeta
Sebab aku juga tak suka bila hanya menjadi pewaris budaya saja


Bila pada saatnya nanti aku tak bisa berbuat apa apa
Maka sia sia seluruh hidupku yang sebenarnya tanpa nama di alam dunia

Jumat, 30 Juli 2010

SUARAKAN SAJA


jika lidah bisa menyabit ketidak adilan di muka dunia
kenapa kau bungkam saja menyaksikannya, membiarkan hina

suarakan saja...
biarkan lepas suara tulusmu ke halaman yang nyata
bila mampu menjadi atom biarkanlah mencari yang bersenyawa
bila mampu menjadi nuklir biarkanlah menjadi lawan pendosa

suarakan saja...
yakini bahwa setiap kalimat itu produk etika dan budaya
biarkan saja suaramu melawan tradisi kesalahan budaya
yang sering melahirkan gosip menjadi illat masalah rumah tangga

mungkinkah ini sudah zamannya?
kepentingan menyulap kebenaran menjadi fitnah

Minggu, 11 Juli 2010

DOA DALAM KETABAHAN


hanya kepada Engkau Tuhan
kami haturkan segala ketakberdayaan
dalam lemah kami mengemis jawaban tanya dalam doa
dalam hina kami haturkan sujud
memohon petunjuk perlindungan dari segala kenistaan
agar mampu menempuh jalan kemulyaan dalam penghambaan
karena tiada kelas dalam tingkatan kemanusiaan
tiada derajat karena pangkat dan jabatan
hanya ketakwaan yang membedakan manusia dengan hewan
lemahnya seorang manusia tanpa senjata
akan merasa damai tanpa berbuat kemaksiatan dan dosa
itu nyata jaminan yang Maha Kuasa kepada para hamba-Nya

Jumat, 02 Juli 2010

NAFAS CINTA DALAM LINGKAR CINCIN PETUNANGAN


(kisah ini di angkat dari realita gadis yang tersangkar pertunangan diantara pengkhianatan dan kenyataan)
seandainya ada yang tersikut dengan isi catatan ini penulis minta maaf atas lancangnya mengabadikan kisah diantara kalian
-------------------------------------------------------------------------

sebuah perjalanan cinta yang kau kehendaki dulu
hari-hari ini seakan tak ada lagi keindahan itu
seakan engkau paksakan untuk menghilang dari sisiku
bahkan terlepas dari lingkaran cincin perjanjian itu
yang telah sembilan tahun melingkar di antara jarimu dan jariku
aku tak tahu tentang semua itu
jauhmu dari sisiku seakan telah merubah semua cerita waktu
mungkin saja karena engkau menemukan gadis penggantiku
sehingga engkau terus ingin berpaling dari realita hidupku
yang hanya kuasa menunggu kepastianmu sepanjang waktu
disini aku masih teringat...,
ketika orang tuaku tak sudi menerimamu
tahukah engkau...?
akulah yang berkorban demi dirimu
sampai mereka semua mau menerima kita bersatu
dalam catatan doa restu
tapi entahlah apa yang terjadi pada dirimu
sehingga hari ini engkau seakan tak punya hati
yang telah tega menghianatiku
andai mereka tahu
hari ini kita telah seperti ini tak menentu
masih adakah setiamu
seperti yang engkau paksakan dahulu untukku
masih ingatkah engkau
bahwa dirimu merebutku
dari pertunangan yang dipilihkan orangtuaku
dalam jalan hidupku
sebelum engkau hadir disisiku
dan kemudian menggambil seluruh isi hatiku
andai memang sifatmu seperti itu
kau takkan pernah merasa
apa yang menyiksa di sepanjang hari-hariku
andai saja kehilanganmu adalah suratan bagiku
tak apalah mungkin semua itu
memang realita takdirku
hanya saja yang mungkin membuat aku
akan menjadi tak mampu
bila nantinya orang tuaku bertanya
tentang dirimu dan keadanmu dalam hidupku
apa yang dapat aku jelaskan
tentang dirimu yang telah menghianatiku
semoga saja kamu gak lupa
tentang semua kenangan indah bersamaku


Malang , 11 Januari 2010

Selasa, 22 Juni 2010

PENYAKIT ZAMAN MODERN



di era yang serba kolaborasi
nafas zamanpun penuh energi kolori besi
tak heran banyak remaja tak berbudi
bahkan santri tak berbakti
konon ini sudah waktunya peradaban teknologi
yang melahirkan sulitnya menerka perbedaan
di antara hakikat nurani dan kepentingan birahi

telah tampak warna-warni dalam tafsir logika fikri
di saat figurisasi bagai pajangan mati tanpa arti
entah kenapa popularitas dalam seni dan profesi
harus dihancurkan karena kebodohan dan ketololan diri
mungkinkah ini penyakit baru di atas dada bumi
ketika banyak kyai doyan cantiknya santri
ketika banyak para guru tak hanya mengajar tapi mengincar
mungkin semua ini tak lazim dikatakan penjajahan
akan tetapi telah lebih kejam dari penindasan
mungkin inilah sebuah simbol pengetahuan yang tanpa diamalkan untuk dikembangkan
sehingga yang hadir bukan pembaharuan tapi hanya pembodohan

kepada siapa lagi dan kearah kiblat yang mana lagi keteladanan harus dicari
bila para ilmuwan telah ingkar pada kandungan isi kitab suci
dan yang lebih menghawatirkan lagi ketika para pejabat tak beriman pada hukum Ilahi
tak heran bila bumi berselimut darah
mungkin itulah tanda tanda lemahnya sakral etika dalam peradaban budaya

Kamis, 17 Juni 2010

PENTAS BAYANGAN

masih berapa lama lagi
kebodohan ini harus dialami
dan di rasakan disini
apakah masih sejauh daya kodrat mata
yang memandang langit bagai tanpa jendela
masihkah sejauh hamparan bumi
yang mesti takkan sanggup tuk arungi dengan langkah kaki
lalu apa pantas untuk di sesali
bila hanya demi mengeluh tak berarti
sedangkan kebijakan ilusi bersuara lirih
bahwa dalam setiap niat yang suci akan tertolong oleh kuasa Ilahi
sebenarnya kehendak siapa
bila dalam setiap jiwa bernasib tak sama
bagai kerikil diantara bebatuan
bagai sawah di antara gunung gunung dan pegunungan
bagai anak sungai di antara muara muara pantai lautan
sementara asaku tersapu dan hanyut ditengah badai dan gelombang
maka biarkanlah apa yang mesti terjadi, terjadilah
mungkin itulah sebuah pentas suratan
hingga tak lelah rasanya membuat catatan
meski mungkin hanya menjadi surat pendek pada zaman yang akan datang