Lewat jendela ini
Masih ingin menyapamu
Meskipun bening matamu telah keruh
Tercemar diamnya waktu
Canda bahagia yang tak memberi kesempatan aku tersenyum
Biarkanlah mengajakmu merenung dan melamun
Untuk memikirkan baiknya menyalahkan
Mengoreksi kesalahan yang tak pantas jadi kenangan
Namun lumpur tak berair itu telah menjadi tanah tak utuh
Mungkin saja harus menjadi debu jalanan sepanjang waktu
Hanya satu pesanku, jika satu sebait namaku harus utuh
Jangan kabarkan tentang semua itu pada sejarah waktu
Karena hal itu tak lebih dari sekedar nisan impian kering hidupku
Bahkan sebagai catatan tentang seribu hari dalam tawanan waktu
Hingga disini semuanya mesti direlakan
Apapun warna yang mesti engkau tempelkan
Itu keniscayaan
Dalam diri yang tak kuasa melawan keadaan
Hanya kuasa menganggap segalanya adalah suratan
Yang tak mungkin bisa ditenun jadi bendera di akhir waktu
Lalu aku tuliskan sebuah kalimat "selamat tinggal"
Semoga engkau tak sedih
Sebagaimana diriku yang sengsara datang kebumi
Bangun berdiri dan berlari mengejar mimpi
Tiba-tiba harus terdiam bagai kijang di hadapan singa lapar
Hanya keaijaiban yang bisa memberi jawaban