
di tengah gulita
malam buta tanpa aksara
namamu tereja
lukisan-lukisan tak bersuara
menemani tubuh renta
ditinggal jiwa yang terluka
bila pada saatnya nanti
mesti harus berlari
membawa becek luka hati
sebelum gerimis air mata berhenti
ku ingin kau telah mampu menari
meski mungkin hari itu
adalah runtuhnya pondasi hasratku
yang telah gagal menjadi anak kerikil
di kaki gunung permai
tertindih di jalanan
meskipun telah menjadi jalan
di balik ramainya perkotaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar