MY IKLAN

SELAMAT DATANG DI DUNIA INSPIRASI YANG PENUH RASA

JIKA HALAMAN INI MERUPAKAN SEBUAH PINTU, DARI MANA SAJA BOLEH MASUK DEMI MEMBANGUN SILATURRAHMI FIKRI, JIKA JENDELA HALAMAN INI BAGAI DANAU SIAPA SAJA BOLEH MANDI DAN BERENANG BAHKAN JIKA HAUS BOLEH MINUM JIKA BISA MENJADI SEBUAH HIKMAH, KARENA HALAMAN INI DI PELIHARA DEMI SEBUAH RUMAH SENI SASTRA YANG INGIN JADI RUMAH PENGETAHUAN. SEMOGA YANG MAMPIR SELALU MENDAPAT KEINDAHAN




Jumat, 12 Oktober 2012

TUHANPUN DIAM MENYAKSIKAN KEPALSUAN


Gemuruh perasaan bagai menindih jiwa disimpang keputusasaan
Berita gembira yang pernah terdengar dari suara alam
Semakin hari terasa hilang, entah kemana hengkang dari pikiran
Tersisa letihnya kesibukan yang hanya bisa ditukar dengan ketiadaan
Kedunia mana persahabatan dengan bilangan itu bisa dibuang
Agar sepanjang jalan tak menjadi bara api kebencian yang tak padam
Dari rahasia kenangan hidup membohongi keadaan yang konon itu kesuksesan

Sabtu, 06 Oktober 2012

LUKA INI MEMAKSAKU TINGGALKAN KOTA IMPIAN


Duri kebencian yang tertancap di jantungku
Telah membusukkan seluruh asa di dasar jiwa
Ketidak mampuan dan seluruh keadaan
Menyisakan semuanya dalam lemah tanpa keberdayaan
Kaupun,
Menjadi tungku yang menghanguskan kesabaran
Menghanguskan kegigihan yang ingin aku tanam pada kehidupan
Menghanguskan ketuguhan yang ingin aku janjikan pada badan
Menghanguskan kebahagiaan yang selalu aku impikan di simpang jalan
Menghanguskan keberanian yang ingin aku tinggalkan pada alam
Dan kini,
Telah berganti wajah muram berbayang kehancuran
Biarlah raga ini akan aku lemparkan jauh dari impian
Bersama runtuhnya nurani yang sekarat hampir mati di kota ini

Hina tak berharga
Keranda badan seakan telah ternobatkan
Sebagai mumi dalam kehidupan
Andai Tuhan mengizinkan
Ingin rasanya aku tinggalkan alam pergi ke-Tuhan
Meskipun peta menuju bulan dan bintang
Telah terbungkus malam dalam kegelapan
Menyisakan separuh mayatku dalam ketak berdayaan
Beridentitas manusia tak berarti dalam segala keadaan



Kamis, 13 September 2012

PUING PUING JIWA TERSESAT DALAM KENAKALAN


Andai bisa memutar waktu
Ingin rasanya aku tentukan takdirku
Yang tak ingin aku kenal lagi
Apapun indahnya kenakalan itu
Untuk aku perbaiki hidupku
Yang tinggal sisa dari lezatnya dahaga masa lalu

Setelah itu,
Tak akan aku izinkan kenakalan menjamahku
Walaupun aku selalu rindu kebebasan indah dulu
Yang saat ini menyisakan catatan suram penyesalan
Hingga serasa terendap lara jiwaku
Saat aku kenang dalam ingatan bisu

Menyisakan keping-keping kehancuran hidup tak berhaluan
Tak sadar menyentuh api neraka dalam lezatnya kesenangan

Hingga aku terluka dalam hati yang berlumuran dosa silam

Kenakalan itu begitu kejam
Merampas kasih sayang dalam kebahagiaan

Menghadirkan kenistaan penuh kebencian
Menyisakan goresan hitamnya jiwa di dasar hasrat lautan lara
Seakan tanpa dosa merendahkan martabat ayah bunda

Ibu, maafkan anakmu
Yang selalu mengirimkan mendung badai
Tumpahkan gerimis air matamu
Dalam memendam rasa cemas sepanjang waktu
Menyimpan rasa malu yang seringkali menggores kalbumu
Lantaran durhaka durhakaku
Yang tersesat di balik aroma manis air susumu 
Lalu mengalir segar di jantung raga jiwaku sepanjang waktu

Ibu, inikah pintamu di jalan hidupku
Hingga hidayah datang dari alam mimpiku
Memaksa batin jiwa menjadi saksi bisu
Seakan Tuhan kirimkan pertolongan di jalan hidupku
Melalui Malaikat malaikat Tuhan
Yang tak pernah aku khayalkan dahulu

Lalu,
Aku temukan pintu alam terbentang
Di balik senyum yang tak pernah aku saksikan
Di antara sesat jalanku dalam mengkayuh kehidupan

Kemudian,
Aku temukan jalan terang untuk pulang
Mencari penghambaan pada Tuhan dalam kehidupan
Demi berbakti pada kedua orang tua dalam kemulyaan
Selamat tinggal kenakanal
Biarkan aku tinggalkan indahnya dosa masa silam
Izinkan aku pergi menggapai hari hari pertaubatan

Jumat, 07 September 2012

RASA PRIHATINKU DALAM DERITA YANG MENIMPAMU

Sahabatku...
Aku tak bisa memberikanmu ketenangan
Agar kesedihanmu cepat enggan membelenggumu
Namun semoga doa yang bisa aku kirimkan ke Tuhan
Bisa terkabulkan untukmu menjadi anugrah pertolongan
Sahabatku...
Semua manusia tak bisa lari dari kebahagiaan dan kesedihan
Namun perlu kita ingat
Tak ada ujian yang lebih berat di timpakan ke golongan suatu umat
Ketimbang ujian yang Tuhan kirimkan,
Pada Nabi Ayyub Sang Nabi Tuhan di muka alam
Sahabatku...
Semoga apa yang engkau alami dalam kesedihan
Merupakan ujian ketabahan dalam derajat kesabaran
Sejatinya kehidupan tak ada penindasan dari Tuhan
Meskipun alam seakan kejam menghadirkan suratan
Namun yakinlah segala kemampuan bersama hidayah Tuhan
Semoga senantiasa engkau mendapatkan gantinya kesedihan
Sahabatku...
Bangkitlah...!
Masa depanmu masih luas terbentang
Masih cukup waktu untuk membuang derita dari sangkar saraf batin jiwa
Sahabatku...
Bangkitlah...!
Engkau tak boleh menyerah
Karena alam inipun sedih
Di saat engkau menangis
Air matamu tumpah menetes jatuh ke bumi
Lalu malaikatpun seakan tak sudi engkau bersedih
Sahabatku...
Semoga yang Maha Kuasa senantiasa melindungimu
Di jalan anugrah Tuhan
Sahabatmu selalu mengharapkan senyum bahagiamu
Sekali lagi
Bangkitlah... sahabatku

Rabu, 29 Agustus 2012

TAK KUASAKU MENJADI PECUNDANG

Melalui do'a yang terpinta pada-Mu Tuhan Mungkin satir dosa masih terlalu tebal di dinding jiwa Pikiran terlalu kacau menjangkau derajat seorang hamba Alam yang fana ini terlalu bising untuk ketenangan batin Jangankan menyelamatkan diri dari maksiat yang nyata Dari diri sendiri saja seakan susah menjaga indra Ingin rasanya aku tinggalkan keinginan Namun sayang hutang budiku pada harapan belum terlunaskan Mungkin dahaga haus dan lapar bisa tertahan sekuat kemampuan Tapi kemanusiaan ini tidak semata demi mengisi kantong badan Ingin aku lupakan tentang kehormtan dan kesempurnaan Tapi seakan tak sanggup ingkari budi pekerti tentang keindahan bahkan tak pernah tahu tentang sejarah kejahatan yang membawa kebahagiaan Jika demikian izinkan kami kembalikan lemahnya kemampuan dalam keyakinan Hanya Kepada-Mu Tuhan takdir segala suratan berjalan di atas alam

Selasa, 28 Agustus 2012

WAJAH-WAJAH BANGUNAN MATI SEPANJANG JALAN LUMPUR LAPINDO

Bencana itu telah meninggalkan catatan tahun berlalu Menyisakan rasa luka yang pilu 
Dinding-dinding rumah yang kokoh dahulu 
Pernah megah menghias pinggiran jalan pada masa itu 
Hari ini berselimut debu Yang terus layu tanpa penunggu 
Warna cat yang terus memudar 
Semakin jelas menyisakan bekas kekejaman 
Dari penindasan yang tanpa ampun 
Di balik kapitalisme perekomian zaman 
Jalan beraspal di sepanjang perlintasan lumpur LAPINDO 
Adalah saksi bisu tentang kematian suatu kampung halaman 
Yang menampung puing-puing bangunan alpa tanpa nilai rupiah 
Hingga rumah-rumah itu seakan malu pada mobil-mobil mewah yang melintas sepanjang masa 
Bangunan redup tanpa cahaya sepanjang jalan 
Seakan ingin mengemis pada keramaian 
Namun tetap saja bumi lapindo bagai tak bertuan 
Karena hak-hak kemanusiaan selalu harus kalah dibalik segala keadilan