MY IKLAN

SELAMAT DATANG DI DUNIA INSPIRASI YANG PENUH RASA

JIKA HALAMAN INI MERUPAKAN SEBUAH PINTU, DARI MANA SAJA BOLEH MASUK DEMI MEMBANGUN SILATURRAHMI FIKRI, JIKA JENDELA HALAMAN INI BAGAI DANAU SIAPA SAJA BOLEH MANDI DAN BERENANG BAHKAN JIKA HAUS BOLEH MINUM JIKA BISA MENJADI SEBUAH HIKMAH, KARENA HALAMAN INI DI PELIHARA DEMI SEBUAH RUMAH SENI SASTRA YANG INGIN JADI RUMAH PENGETAHUAN. SEMOGA YANG MAMPIR SELALU MENDAPAT KEINDAHAN




Senin, 07 Desember 2009

WAJAH BANGSAKU YANG KUSAM


menyaksikan bangsa ini
nayaris terasa bizing jual-beli kata-kata saja
teriakan fitnah, pengaduan ketidak adilan
semuanya seakan menumpuk ke tampuk Jakarta sana
sebenarnya mau diapakan bangsa ini
kok setiap hari yang tampak di negeri pancasila ini
hanya wajah-wajah beringas yang seakan telah terlatih menjadi ganas
yang penuh rasa cemas dan ketakutan bagai manusia ATEIS tanpa Tuhan
laksana anak ayam yang akan diterkam buasnya elang
disini sebagai kaum muda
miris nyaris terasa tak rela
bila bangsa tercinta ini
seakan hanya milik beberapa orang saja
jika kita harus bertanya
kenapa sekarang seakan semuanya memperebukan kebenaran????
tapi dibalik itu semua seakan membara kebencian
sehingga seakan tak ada jalan untuk perdamaian
mengapa bangsa yang dibangun dengan semangat juang
hanya melahirkan manusia yang haus kemenangan
apakah mereka telah lupa tentang tenggang rasa
sehingga saling menghancurkan itu menjadi hal yang kaprah
bahkan dianggap wajar-wajar saja
kami yakin mereka tidak buta peraturan
entah kenapa mereka menjadi buta hati
seakan tak bisa menilai martabat kemanusiaan
mungkin maunya mereka menjual bangsa ini saja
karena sama halnya sudah tidak ada keadilan dan pengadilan
beginilah wajah bangsa kita hari ini
yang hanya kaya dengan tumpukan sampah-sampah
ramai tak melahirkan apa-apa
kaya juga tak bisa mencukupi apa-apa
jadi bagaimana akan bisa menjadi negeri yang sejahtera
bila orang pintar hanya mampu berdebat semata
seakan-akan sudah ingin menjual bangsa
sehingga disini kami tak tahu lagi harus berbuat apa???
meskipun tak henti berharap orang-orang miskin menjadi merdeka
pejabat dan orang kaya tak hanya berdebat tanpa realita
maka demi bangsa kami tetap menunggu berita merdeka

Jumat, 04 Desember 2009

RINDUKU KEPADA RASULULLAH

Perjalanan malam larut dalam aku
Seboyan membeku bersama kebisuan
Berat terasa mengeja memanggil memuji nama-Mu
Bagai terlepas seluruh kekuasaan
Melekatnya tubuh di raga tersisa ujud-Mu
Yang berat manata dunia hidup
Di antatara yang dapat aku menyentuh
Lentera pijar-Mu terang mengiring dzikir
Aku rindu merajud legenda dalam sejarah-Mu
Entahlah janji kebangkitan
Mesti sedetik dalam naungan-Mu
Rinduku hanya dapat ku tuangkan
Dalam kalimat tak henti menyebut nama-Mu
Karena hanya dinding hati menjadi milikku
Mengalir bersama hidayah mu’jizat-Mu
Tiadalah yang pantas di petik dalam kuasaku
Aku hanya hidup sebatas yakin dan percaya
Senyum-Mu suci menjadi lentera bumi langit
Di utus-Mu kealam dunia menjadi rahmat sempurna
Rasulullah
Engkau menjadi rahmat bagi seluruh ummat
Engkau menjadi permata yang abadi sepanjang abad
Rasulullah
Jangan tinggalkan kami
Di tengah makhluk bertuhan budaya
Di zaman ini
Ketika manusia instant menjadi dewa
Seakan menjadi berhala minta di sembah

ASA DALAM DO'A


Tuhan…
Kami yang menghitung hari terasa panjang
Kami yang mendiami malam terasa suram
Kami yang tak bisa menikmati
Bertaburan kilauan bintang
Dalam dunia kami seakan alammu sempit
Seakan kami tidak pernah bertemu purnama rembulan
Mentari terasa membakar kerongkongan gersang
Perjalanan terasa semakin jauh asingkan tujuan
Kami terus melangkah bersama sepi
Seakan teriring musik sunyi bernyanyi
Asa terasa lapuk kandas di batas berjuta rasa
Sengsara
Tersiksa
Terpapa
Semuanya terpenjara di gubuk jiwa
Tuhan
Ijabahkan pinta hambamu yang lemah
Karuniai hidup sederhana sangkar jiwa sempurna
Kami hanya ingin menikmati
Bagaimana hidup menjadi indah
Seindah alam yang Engkau cipta
Seindah dataran bumi yang Engkau tata
Seindah musik hempas laut yang Engkau dentingkan
Tak henti menjadi debur sura jiwa kami
Tuhan
Seluas cakrawala langit-Mu
Ingin kami lukis dengan kalimat doa
Yang mengucurkan gerimis air mata
Demi hanya ingin kami
Menjadi hamba-Mu yang suci

SURAT PUTIH BUAT SANG SAUDARI


Saudariku yang terhormat
Engkau nadi dalam kehidupan bangsa
Engkau jantung mahkota generasi
Engkau pertapaan benih kehidupan
Yang bisa melahirkan nafas jiwa merdeka
Saudariku yang terhormat
Engkau figura sangkar budaya
Engkau kaligrafi indah yang nyata
Engkau hakikat bunga bangsa
Sebagai tiang humanisasi baldatun toyyibah
Saudariku yang terhormat
Dogma norma akan terwujud makna
Jikalau wanita berbusana etika
Tidak menjadi purnama pingsan di gedung hedonisme
Yang mabuk dalam birahi alkohol cinta
Saudariku yang terhormat
Ketahuilah…………!!!!
Wanita bagai arak di meja hidangan
Jikalau dirimu tak hidup di istana kerajaan
Dirimu akan jadi santapan jalanan
Saudariku ………..!!!!
Paksakan hidup di dunia bertuhan
Jadikan agama mahkota kewibawaan
Ciptakan di setiap loangkah terbatamu
Surga kesejahteraan dan perdamayan
Saudariku……!!!
Sadarlah kodratmu sebagai perhiasan di atas dunia
Ciptakan darah cintamu
Dalam nadi imadul bilad
Gubahlah kidung detak jantungmu
Sebagi karang dermaga imaduddin
Niscaya hadir di halaman bumi ini
Siti Hawa bangsa
Niscaya akan hadir wanita bangsa
Menjelma sebagai Khatijah
Pewaris sejarah wanita Ummul Mu’minin
Niscaya akan terlahir dari Maryam yang kedua
Yang ku harap pada engkaulah saudariku
Dari semidi pertapaan surgamu
Uswah pembaharu
Dengan bendera Rohmatal Lil Alamin
Demi sangkar budaya zaman

Kamis, 03 Desember 2009

PENCARIAN


Jalan terpanjang
Perhiasan terindah
Puncak kebahagiaan tertinggi
Bagai bendera di ujung piramida cinta
Aku asing dari itu semua
Roh cinta hanya bisa jadi hebusan nafas
Hadirku seakan usang
Paksakan menjemput hidayah tuhan
Sebab aku
Bukan emas dan intan perhiasan
Takkan pernah seindah bahasa
Takkan pernah selembut sutra
Takkan pernah sejernih air
Ku tak punya pakaian kasih sayang
Hanya jiwa bertuhan
Yang ingin jadi piala kehidupan
Karena aku hampa lahir di atas dunia
Terasing yatim yang takku tahu
Tak punya ayah
Tak punya keluarga
Tak punya masyarakat
Tak punya pemimpin agama
Tak punya pemimpin bangsa
Tak punya pemimpin Negara
Yang ku tahu mereka perusak dunia
Mereka penghianat kemiskinan
Mereka penghianat bangsa
Karena mereka tak pernah punya cinta
Sehingga pencarian hidup damai sejahtera
Tak kunjung menjadi wacana dewasa
Walau setiap jiwa terlindung Merdeka
Dalam catatan jiwa Pancasila

GADISKU


Engkaku bagai arak
Mengalir bersama darahku
Jadi penenang menghias bayangan
Hingga kataku
Tak mampu ku puisikan
Bahasaku
Tak mampu untuk aku kidungkan
Engku lebih indah dari pahatan lukisan
Menjadi bahari purnama hati
Gadisku
Merah mentari tersenyum
Engkau nampak lebih cantik di sisiku
Menjadi mimpi bayangan
Tak dapat aku genggam
Hidup di bilik sanubariku yang dalam
Bagai gubahan seribu mawar
Mekar dalam suci putihnya melati sukma
Inikah cinta. ?
Yang merayap halus ke belahan hati
Menjadi kesucian abadi
Meski tak mampu diuangkap maknanya
Mungkin tuhanlah mengerti semuanya
Tentang engkau gadisku
Sebagai rahasia terindah hidupku