MY IKLAN

SELAMAT DATANG DI DUNIA INSPIRASI YANG PENUH RASA

JIKA HALAMAN INI MERUPAKAN SEBUAH PINTU, DARI MANA SAJA BOLEH MASUK DEMI MEMBANGUN SILATURRAHMI FIKRI, JIKA JENDELA HALAMAN INI BAGAI DANAU SIAPA SAJA BOLEH MANDI DAN BERENANG BAHKAN JIKA HAUS BOLEH MINUM JIKA BISA MENJADI SEBUAH HIKMAH, KARENA HALAMAN INI DI PELIHARA DEMI SEBUAH RUMAH SENI SASTRA YANG INGIN JADI RUMAH PENGETAHUAN. SEMOGA YANG MAMPIR SELALU MENDAPAT KEINDAHAN




Rabu, 29 Agustus 2012

TAK KUASAKU MENJADI PECUNDANG

Melalui do'a yang terpinta pada-Mu Tuhan Mungkin satir dosa masih terlalu tebal di dinding jiwa Pikiran terlalu kacau menjangkau derajat seorang hamba Alam yang fana ini terlalu bising untuk ketenangan batin Jangankan menyelamatkan diri dari maksiat yang nyata Dari diri sendiri saja seakan susah menjaga indra Ingin rasanya aku tinggalkan keinginan Namun sayang hutang budiku pada harapan belum terlunaskan Mungkin dahaga haus dan lapar bisa tertahan sekuat kemampuan Tapi kemanusiaan ini tidak semata demi mengisi kantong badan Ingin aku lupakan tentang kehormtan dan kesempurnaan Tapi seakan tak sanggup ingkari budi pekerti tentang keindahan bahkan tak pernah tahu tentang sejarah kejahatan yang membawa kebahagiaan Jika demikian izinkan kami kembalikan lemahnya kemampuan dalam keyakinan Hanya Kepada-Mu Tuhan takdir segala suratan berjalan di atas alam

Selasa, 28 Agustus 2012

WAJAH-WAJAH BANGUNAN MATI SEPANJANG JALAN LUMPUR LAPINDO

Bencana itu telah meninggalkan catatan tahun berlalu Menyisakan rasa luka yang pilu 
Dinding-dinding rumah yang kokoh dahulu 
Pernah megah menghias pinggiran jalan pada masa itu 
Hari ini berselimut debu Yang terus layu tanpa penunggu 
Warna cat yang terus memudar 
Semakin jelas menyisakan bekas kekejaman 
Dari penindasan yang tanpa ampun 
Di balik kapitalisme perekomian zaman 
Jalan beraspal di sepanjang perlintasan lumpur LAPINDO 
Adalah saksi bisu tentang kematian suatu kampung halaman 
Yang menampung puing-puing bangunan alpa tanpa nilai rupiah 
Hingga rumah-rumah itu seakan malu pada mobil-mobil mewah yang melintas sepanjang masa 
Bangunan redup tanpa cahaya sepanjang jalan 
Seakan ingin mengemis pada keramaian 
Namun tetap saja bumi lapindo bagai tak bertuan 
Karena hak-hak kemanusiaan selalu harus kalah dibalik segala keadilan