MY IKLAN

SELAMAT DATANG DI DUNIA INSPIRASI YANG PENUH RASA

JIKA HALAMAN INI MERUPAKAN SEBUAH PINTU, DARI MANA SAJA BOLEH MASUK DEMI MEMBANGUN SILATURRAHMI FIKRI, JIKA JENDELA HALAMAN INI BAGAI DANAU SIAPA SAJA BOLEH MANDI DAN BERENANG BAHKAN JIKA HAUS BOLEH MINUM JIKA BISA MENJADI SEBUAH HIKMAH, KARENA HALAMAN INI DI PELIHARA DEMI SEBUAH RUMAH SENI SASTRA YANG INGIN JADI RUMAH PENGETAHUAN. SEMOGA YANG MAMPIR SELALU MENDAPAT KEINDAHAN




Senin, 22 Maret 2010

BUKAN DI BILIK BIBIRMU



aku yang mengenalmu
tak tumbuh atas nama tanaman
yang takkan rindang seperti pepohonan
untuk hijaukan alam dan hutan-hutan

tapi engkau bagai sebuah kota mati
disaat kutawarkan kalimat untuk berkata
hanya senyum tersungging kudapati tanpa bahasa
itupun tak kutahu kau lakukan untuk siapa

ingin rasanya aku meminta
dapat kau lakukan melukis wajahmu pada gelora
demi aku bisa mengenalmu meskipun itu takkan nyata
sebab mimpipun takkan cukup membayar asa

tapi jujur bukan di bilik bibirmu
yang membuat hasratku pingsan di pangkuanmu
untuk sejenak kuakui cantikmu
bahwa engkau makhluk yang indah di mata tak berdayaku

engkaukah lentera yang terbit cahaya
di saat siang merebahkan malam pada impian
aku takkan lagi menjawabnya di sini tentang pertanyaan beribu misteri
sebelum bilik bibirmu bisa menyuarakan kalimat cinta yang tersimpan dalam hatimu

Jumat, 12 Maret 2010

SISA-SISA SUARA SAFINAH DI SURAU GURU



(Demi Mengenang guru Ngajiku yang sangat berjasa dalam hidupku)

guru...
dimanakah kenangan suara di surau itu hari ini
yang pernah membuat muridmu ini ta'dzim dihadapanmu
sampai terkadang tegak berbetuk alif kemudian ba'
hingga kami mengenal berjuta huruf dalam lembaran mushaf

guru...
andai kata bisa berjuta tahun kami bisa jalani hidup ini
takkan ada lagi insan yang lebih berjasa ketimbang engkau
yang telah membimbing kami mengenal firman ilahi robbi
yang telah mengenalkan kami bediri di subuh pagi menyongsong sinar mentari

guru...
maafkan muridmu bila tak mampu amanah dan istiqamah sepertimu
sebab semakin hari terasa semakin letih dan lusuh
suara arkan dan safinah yang dulu engkau ajarkan di surau itu
yang kami rasakan hanya terpeta dalam kaligrafi sujud yang terkadang salah waktu

guru...
engkaulah sosok diantara halal haram hidupku
yang selalu menjadi tembok secuil iman dikala dosa mengundangku
mungkin itulah suara safinah yang pernah engkau ajarkan untukku dikala itu
sehingga muridmu ini masih sanggup lugu disamping bokong-bokong yang selalu menentang buihnya nafsu

terima kasih guru...
berkah surau itulah engkau pernah berpesan moral etika
sehingga tersimpan dikalbuku tak berabu tak berdebu
meski zaman telah menjadi arang dibalik sisi manusia separuh setan
muridmu masih mengingatmu yang pernah titipkan budaya dan peradaban wajib dilestarikan

Selasa, 09 Maret 2010

SELEMBUT AWAN



pernah ingin rasanya
gunung-gunung akan ku bajak
agar gelombang menyapa daratan gersang
untuk mengharcurkan ego dalam watak kepalamu yang beku
tapi entahlah tiba-tiba tak rela batu-batu menjadi debu
sehingga langitpun menjelma lukisan hatiku
bagai putih abu yang tersisa pembakaran waktu
lalu kelembutan dibalik awan hitam itu dapat aku rasakan
dari sisa embun yang ditinggalkan malam
dari sisa hujan yang ditinggalkan mendung
anginpun menyapa melambaikan harapanku kepada asa
musim-musim bagai bermekaran dalam sekuntum mawar

Jumat, 05 Maret 2010

TAK JUJURMU TELAH MEMBUAT MEREKA ANGKUH



apakah kau
yang ingin membiasakan firasat sehat menjadi sekarat
ilmuan menjadi pecundang kerena engkau bingungkan di medan juang
lantaran kau ragukan dirimu takkan mampu menjadi singa masa lalu
sehingga kau hadirkan zaman penjajahan berwajah modern karena uang

tumpah kata, tumpah darah muncrat peluru diujung senjata
karena kau melaknat mereka insan-insan yang butuh kebebasan
ingin melepas rasa sengsara dan terus berduka dibalik tirani penguasa
masihkah kau merasa tak berdosa dibalik tirai samarmu demi dusta

kaulah air yang memendam berjuta kalori
bagai danau yang mengaliri anak-anak sungai menjadi limbah
sehingga bunga-bunga kebencian bermekaran nampak mewakili keangkuhan
bagai singa tidur yang kau bangunkan untuk hadir keperkotaan

lalu
kau tetap mengilah sebagai jalan penyelesaian
sebagai cara pahlawan mencari keputusan dan kebijakan
sementara dibalik semua itu cara tak wajar kau mainkan
maka akhir-akhir ini bagai hari pembalasan dalam mahsyar keangkuhan yang butuh pertanggung jawaban

Kamis, 04 Maret 2010

POTRET JAKARTA AWAL BULAN KETIGA



dari jauh sekiranya kita bisa buka mata dan buka telinga
untuk mendengar suara-suara yang butuh keadilan dan kebijakan
untuk menyaksikan tontonan yang sengaja dibangkitkan oleh rezim pemerintahan
yang terus hanya sanggup gunjang-ganjing saling mencari kesempatan
pada akhirnya sanggup menyuguhkan tontonan dan pertunjukan
yang terus menyuramkan pengetahuan dan ilmuan
menghilangkan semangat pahlawan menjelma kepentingan uang demi jabatan
membiarkan rakyat bertanya butuh jawaban menjadi kebencian

jakartaku
masih pantaskah menjadi ibu kota dari pulau kecilku yang terus meronta
bila masyarakat kecil semakin hari merasa tak percaya terhadap jakarta
yang konon sebagai tempat menyelenggarakan musyawarah untuk membangun bangsa
tapi entahlah...
bila yang dapat mereka saksikan hanya potret hitam dan suram yang menjawab tanya diujung asa tanpa jawaban